Saturday 24 January 2009

Lima Tingkatan Dalam Mengerjakan Shalat


Tingkatan manusia dalam mengerjakan shalat berbeda-beda. Perhatikan dan nilailah diri anda, agar dapat mengetahui pada tingkatan ke berapakah anda sekarang? Ibnu Qayyim telah menjelaskan dalam kitabnya ”Madarij As-Salikin” yang intinya bahwa sesungguhnya seseorang tidak akan memahami dan menyadari akan nilai dari tingkatan-tingkatan ini, kecuali orang yang berjalan naik (berusaha untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi)

Tingkatan Pertama:
Orang yang termasuk dalam tingkatan ini adalah orang yang tidak menjaga waktu-waktu shalat, tidak menjaga wudhunya, rukun-rukun shalat yang bersifat lahir, serta tidak menjaga kekhusyukan dalam shalatnya. Berdasarkan kesepakatan para ulama, orang semacam ini akan disiksa oleh Allah SWT.

Palingkanlah diri anda dari tingkatan ini dan bersikaplah jujur kepada diri sendiri.

*klik tautan di bawah ini untuk membaca selengkapnya



Tingkatan kedua:
Yaitu orang-orang yang menjaga waktu-waktu shalat, menjaga wudhunya, dan menjaga rukun-rukun shalat yang bersifat lahir, tetapi ia mengabaikan kekhusyukan di dalam shalatnya (shalatnya tidak dilakukan dengan disertai kekhusyukan di dalam hatinya). Shalat orang semacam ini akan dihisab oleh ALLAH SWT dengan perhitungan yang ketat (susah).

Kebanyakan manusia berada pada tingkatan ini, bukankah demikian, wahai saudaraku?

Saya yakin anda sedang mengerutkan dahi dan berpikir. Ini merupakan hal yang bagus sementara Anda sibuk dengan diri sendiri.

Tingkatan ketiga:
Yaitu orang-orang yang menjaga waktu-waktu shalat, wudhunya, dan rukun-rukun shalat yang bersifat lahir, lalu ia terlihat sedang berusaha dengan bersungguh-sungguh untuk melawan setan dalam dirinya sehingga ia pada mulanya terlihat khusyuk, namun kemudian setan dapat mencuri bagian dari shalatnya, dan ia pun kemudian kembali berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melawan setan tersebut, dan demikian pula seterusnya. Orang yang semacam ini akan diampuni dosa-dosanya.

Ketahuilah bahwa ia telah melakukan dua perbuatan, yaitu perbuatan shalat dan perbuatan berusaha dengan sungguh-sungguh. Karena itu, ia pun akan memperoleh pahala dari beberapa bagian shalatnya yang dilakukan dengan khusyuk dan pahala jihad (berusaha dengan sungguh-sungguh) melawan setan dalam dirinya.

Tingkatan ketiga ini merupakan tingkatan yang sering dilewati oleh seseorang secara berulang-ulang, karena pada dasarnya, situasi dan kondisi manusia dapat berubah-ubah dengan perubahan yang drastis. Pada saat itulah, setan akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memanfaatkan berbagai kesempatan yang ada di dalamnya.

Tingkatan keempat:
Orang yang masuk pada tingkatan ini adalah orang-orang yang menjaga waktu-waktu shalat, wudhunya, dan rukun-rukunnya yang bersifat lahir, lalu ia melakukan shalatnya dengan khusyuk. Tingkatan ini merupakan tingkatan yang tinggi, dimana pada tingkatan ini seseorang telah berhasil mengalahkan setan setelah ia berjuang secara berulang-ulang. Orang semacam ini akan diberi pahala atas shalatnya.

Anda pasti berpikir, ”jadi tingkatan ini adalah tingkatan yang terakhir, dan hanya ada empat tingkatan, bukan lima?”. Wahai saudara ku yang tercinta, janganlah anda terburu-buru, karena masih ada tingkatan kelima.

Tingkatan kelima:
Yaitu orang-orang yang menjaga waktu-waktu shalat, wudhunya, dan rukun-rukun shalat yang bersifat lahir. Ia melakukan shalat dengan khusyuk , lalu ia mencabut hatinya dan menyerahkannya kepada ALLAH SWT. Ia sedang tidak berada di alam dunia ini karena ia sedang berada bersama ALLAH AWT. Hatinya tidak terkait dengan urusan-urusan duniawi, dan bisa dikatakan ia tidak mendengar dan melihat. Bahkan jika orang-orang yang berada di sekelilingnya meninggal dunia, ia pun tidak mengetahui. Inilah yang dimaksud oleh sabda NABI SAW. ”dijadikan (untukku) permata hatiku di dalam shalat”.

Orang semacam ini adalah orang yang hatinya telah didekatkan kepada ALLAH SWT. Sungguh, kebaikan orang-orang yang masuk dalam kategori al-abrar (orang-orang yang berbakti kepada ALLAH SWT) masih dianggap sebagai kejelekan bagi orang-orang yang hatinya telah didekatkan kepada ALLAH SWT.

Sungguh kita termasuk orang-orang yang miskin, orang-orang yang belum merasakan manisnya hal yang seperti ini.

Wahai saudaraku yang tercinta, sekarang, jawablah pertanyaan berikut ini. PADA TINGKATAN KEBERAPAKAH DIRI ANDA? Lalu berdoalah kepada ALLAH SWT agar DIA menjadikan Anda dan kita semua sebagai bagian dari golongan orang-orang yang hatinya didekatkan kepada ALLAH SWT.

lanjut

Thursday 22 January 2009

Ferrari Merah


Sang ayah dan ibu sangat murka ketika mengetahui anak perempuan mereka hamil.

"Siapa si bedebah itu," jerit sang ayah, sedang si ibu menangis.

"Suruh dia datang kesini!"

Si anak pun menelepon pria yang menghamilinya.

Setengah jam kemudian sebuah mobil Ferrari merah berhenti di depan rumah.Seorang lelaki separuh baya keluar dari mobil, memberi salam lalu masuk kerumah. Lelaki itu berhadapan dengan ibu dan ayah perempuan yang telah dihamilinya. Dia berkata,

*klik tautan di bawah ini untuk membaca selengkapnya




"Saya lelaki yang telah menghamili anak anda. Tapi terus terang saya katakan saya tidak dapat menikahi anak anda karena isteri saya tak mengizinkan. Namun bagaimanapun, saya akan bertanggung jawab. Sekiranya anak anda melahirkan seorang bayi perempuan saya akan wasiatkan untuknya dua buah supermarket, sebuah hotel dan uang tunai 5 milyar rupiah. Sekiranya dia melahirkan anak lelaki saya akan wasiatkan untuknya dua buah kilang, dua buah supermarket, dua buah hotel dan uang tunai 10 milyar rupiah. Tapi sekiranya anak anda keguguran apakah yang harus saya lakukan?"

Sang ayah berfikir. Si ibu berhenti menangis.

Akhirnya sambil menepuk bahu lelaki itu, sang ayah berkata,

"Kalau keguguran, kamu coba lagi ya !!"

lanjut

Wednesday 21 January 2009

Air Mata Ibu


oleh: Mairi Nandarson

Ibu menangis. Air mata mengucur di pipinya yang cekung. Ketika itu aku
baru selesai berdzikir setelah mengimaminya. Tasbih ditangannya terus
berputar, bersama dzikir yang terus terlantun dari bibirnya. Ibu khusyuk dalam isak dan deraian air mata. "Kenapa Ibu menangis?" pertanyaan itu terpaksa kusimpan. Aku tidak akan mengganggu Ibu yang masih khusyuk dengan dzikir. Aku memikirkan berbagai kemungkinan penyebab menangisnya Ibu. Mungkinkah kematian Bapak? Tapi, bukankah kematian Bapak sudah lama sekali? Sudah lima tahun. Atau karena tanah kuburan Bapak yang tidak mendapat izin untuk dibeton dan hanya boleh didirikan batu nisan. Hal itu tidak akan membuat Ibu menangis. Aku sangat mengenal Ibu. Ibu paling tidak menyukai hal-hal yang berbau kemewahan. Ibu selalu ingin menginginkan kesederhanaan.
Kenapa Ibu menangis? Sayang aku sangat jarang pulang dan tidak bertemu Ibu setiap hari. Hingga aku kurang mengetahui keadaan Ibu belakangan ini. Mungkin ada suatu persoalan yang membebaninya....

Bertengkar dengan seseorang? Ah rasanya tidak. Setahuku Ibu tidak punya musuh. Ia selalu mengalah setiap kali berbenturan dengan orang lain. Ibu lebih banyak diam daripada mengomel. Tidak mungkin rasanya Ibu bertengkar dengan orang lain, karena memang itu bukan kebiasaan Ibu. Tapi kenapa Ibu menangis? Ibu belum juga selesai berdzikir. Aku sudah selesai sejak lima menit lalu. Aku sudah berdoa, mohonkan ampun atas dosa Ibu dan Bapak yang telah mengasuhku sejak kecil. Ibu belum juga usai. Aku berdiri dan meninggalkan Ibu sendirian di ruang shalat dengan tetap menyimpan pertanyaan, kenapa Ibu menangis? Kutunggu Ibu di ruang makan. Bukankah Ibu selalu khusyuk dalam shalat? Kembali aku dibayang berbagai kemungkinan. Bukankah Ibu tidak pernah lupa mendirikan shalat, mengaji dan berdzikir? Bukankah Ibu paling senang mendengarkan ceramah di masjid? Bukankah Ibu juga tidak melewatkan acara wirid? Bukankah Ibu sudah cukup punya bekal untuk menghadapi segala cobaan...

*klik tautan di bawah ini untuk membaca selengkapnya




Tapi kenapa Ibu sampai menangis? Karena aku mengimami Ibukah? Mustahil! Bukan sekali ini saja aku mengimami Ibu. Sudah berulang kali. Hampir setiap kali pulang ke rumah aku mengimami Ibu, terutama saat shalat maghrib dan isya. Ibu sudah berumur tujuhpuluh tahun lebih. Tujuh orang anak merupakan berkah yang selalu disyukurinya dan kami semua kini sudah besar. Aku yang bungsu sudah duduk di perguruan tinggi. Aneh rasanya kalau Ibu masih bersedih hati diusianya yang senja ini. Seharusnya Ibu banyak tertawa dan bercanda bersama cucu-cucunya. Bukankah cucu-cucunya selalu bersamanya setiap hari?

"Sudah makan Yung?" tanya Ibu mengagetkanku. Ibu muncul dengan senyum mengembang. Tak kulihat bekas tangisan di wajahnya. Mungkin sudah dihapus.
"Belum Bu, Ayung menunggu Ibu."
"Ibu sudah makan."
"Kapan? Bukankah hidangan ini belum disentuh siapapun? Ayolah
Bu, Ayung sudah rindu ingin makan bersama Ibu."
"Makanlah!" kata Ibu sambil menarik kursi. Aku pun mulai
menyanduk nasi dan mengambil beberapa sendok sambal. Tapi Ibu tetap saja
tidak makan nasi. Ia hanya mengambil panganan dan memakannya.

"Bagaimana kuliahmu?"
"Alhamdulillah Bu, berkat doa Ibu."
"Belanja harianmu bagaimana?" pertanyaan yang tidak pernah kuinginkan ini selalu meluncur dari bibir Ibu. Pertanyaan itu kurasakan bagai keluhan dalam hidup. Ku akui selama kuliah aku harus berusaha dan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhanku sehari-hari. Uang kost, transport dan kebutuhan kuliah. Memang, yang namanya usaha kadang-kadang dapat, kadang tidak. Ketika dapat alhamdulillah. Aku bisa makan dan membeli kebutuhan lain. Jika tidak, maka mau tidak mau aku aku harus puasa. Hal ini yang sering aku alami. Tapi persoalan ini tidak pernah kuceritakan kepada siapapun, termasuk Ibu dan saudara-saudaraku. Aku takut terlalu banyak mengeluh.

"Alhamdulillah, Tuhan masih memberikan rejeki Bu," selaluk ujawab begitu. Biasanya Ibu tidak akan bertanya lagi setelah itu.
"Bu!" sapaku ketika Ibu terdiam.
"Mmm," jawab Ibu.
"Kenapa seusai shalat tadi Ibu menangis?" Ibu terdiam mendengar pertanyaanku.
"Ayung cemas melihat Ibu menangis. Ibu masih diam. Aku menyelesaikan suapanku, setelah itu membasuh tangan dan melapnya dengan serbet. Ibu masih diam, tapi di matanya kulihat airmata mulai berlinang. Setelah itu berceritalah Ibu.

Seminggu yang lalu di surau Balenggek tempat Ibu selalu sembahyang berjama'ah, ada ceramah agama mingguan. Ketika itu penceramahnya datang dari luar daerah. Ibu mengikuti ceramah tentang anak yang berbakti kepada orang tua dan anak yang shalih..

"Anak-anak yang shalihlah yang menyelamatkan orang tuanya dari api neraka, karena doa anak yang shalih sangat didengar oleh Allah swt," kata ustad. "Tapi sebaliknya orang tua tidak selamat dari api neraka jika anak yang dididiknya tidak mampu menjalankan ibadah dan tidak pandai membaca Alquran."
"Walaupun orang tuanya sendiri taat beribadah?" tanya Ibu waktu itu.
"Ya, apa artinya kita taat tapi tidak membuat anak taat kepada Tuhannya. Apalagi sampai tidak bisa sembahyang dan mengaji, anak yang jauh dari perintah Allah dan mendekati laranganNya. Maka orang tuanya di akhirat akan ditanya tentang anak-anaknya. Maka sia-sialah ketaatan orang tua jika di akhirat nanti anak mengakui dirinya tidak dididik oleh orang tuanya untuk saat beribadah. Tidak pernah menegur, memukul bahkan menamparnya, jika lalai menjalankan perintah agama."

Ketika itu Ibu menyadari apa yang sudah dilakukannya selama ini. Ibu ingat Jai, Jou, Han dan Fai. Saat itulah Ibu merasa hidup dan ketaatannya selama ini tak berarti sama sekali. Sejak itu Ibu banyak diam dan melamun. Anak-anaknya sampai sekarang tidak pernah membaca Alquran di rumah dan jarang sembahyang, bahkan tidak pernah sama sekali. Ibu merasa bersalah setelah mendengar ceramah itu. Ibu menyadari bahwa ia tidak mendidik anak-anaknya sesuai ajaran agama. Ibu selalu tidak tega memarahi anaknya, dan melihat anaknya menangis, apalagi kalau ada yang murung dan kesal.

Mungkin itulah sebabnya anak-anak Ibu banyak yang tidak dapat membaca Alquran Ibu tidak pernah tega memaksa mereka untuk belajar Ibupun tidak marah. Bukankah ini berarti Ibu tidak sanggup mendidik anak. Bukankah Ibu gagal menjadi orang tua?
"Tapi Bu, bukankah Ayung selalu taat sembahyang dan membaca Alquran? Dan Ayung selalu berdoa untuk Ibu dan Bapak? Lantas apa artinya usaha Ayung selama ini Bu?" kataku kepada Ibu.
"Terima kasih Yung, Ibu sangat bangga padamu. Ibu senang kamu mampu menjadi imam untuk Ibu. Ibu pun selalu berdoa untukmu. Yang Ibu pikirkan adalah kakak-kakakmu yang tidak mampu membaca Alquran dan tidak menjalankan shalat."

Kuakui selama ini memang hanya aku dan ibu yang shalat berjama'ah, walaupun sebenarnya kakak-kakakmu sedang berada di rumah. Mereka lebih suka duduk di lapau dan sepertinya tidak menghiraukan panggilan azan yang berkumandang dari masjid. Dan Ibu tidak pernah menegur hal itu. Aku pun tidak pernah mempersoalkan mereka. Sementara aku merasa takut, selain karena lebih kecil juga karena aku takut mencampuri urusan mereka.

"Itulah Yung. Ibu merasa sedih. Kamulah satu-satunya anak Ibu yang taat, yang mengimami Ibu, walaupun kamu yang terkecil. Entahlah...Ibu sudah semakin tua, ajal sudah di ambang pintu. Ternyata Ibu masih meninggalkan banyak pekerjaan yang tidak selesai, ternyata Ibu tidak mampu mendidik kalian dan kalian ternyata tidak bisa mendidik diri sendiri," kata Ibu terisak.

Air mataku mengalir tanpa terasa.

"Ada apa? Kok Ibu menangis? Ini pasti ulah kamu Yung! Kamu tidak henti-hentinya membuat Ibu sedih, dan menangis. Tahukah kamu bahwa membuat orang tua bersedih hatinya itu dosa?" Tiba-tiba Han kakakku yang nomor tiga datang dan memarahiku.

"Sebagai anak laki-laki kamu jangan terus-terusan bersama Ibu, itu cengeng namanya. Lihat tuh di lepau orang-orang ramai. Duduklah di sana biar orang tahu bahwa kita bermasyarakat. Bukan dalam rumah," katanya lagi sambil menekan kepalaku.
"Jangan kasar begitu pada adikmu Han. Ia kan baru sele...,"
"Kalau tidak seperti itu, ia akan lembek seperti perempuan Bu, yang duduknya cuma di dapur."
"Tapi ia kan masih kuliah."
"Aah. Ibu selalu membelanya, mentang-mentang ia kuliah. Walaupun Han tidak pernah kuliah, Han ini anak Ibu. Sekurang ajar apapun aku yang melahirkan Han adalah Ibu. Tapi kenapa dia, Ibu perlakukan berbeda dengan Han?" Han menunjuk-nunjuk diriku.

Mendapat serangan kata-kata seperti itu, Ibu menangis lagi. Aku hanya terdiam terpana ketika Han kemudian berlalu dan tidak menghiraukan tangis Ibu. Air mata Ibu mengalir lagi. Ingin aku menghapusnya, tapi bagaimana dengan kesedihannya? Allahummaghfirli waliwalidayya warhamhuma, kamarabbayana saghiraa. Amin. Hanya itu yang mampu kulakukan.*

(Ummi Edisi 9_11)

lanjut

Tuesday 20 January 2009

Surat Dari Tuhan


Saat kau bangun dipagi hari, Aku memandangmu dan berharap engkau akan berbicara kepadaKu, walaupun hanya sepatah kata, meminta pendapatKu atau bersyukurkepadaKu atas sesuatu hal indah yang terjadi didalam hidupmu
kemarin, tetapi Aku melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja.

Aku kembali menanti. Saat engkau sedang bersiap, Aku tahu akan ada sediki waktu bagimu untuk berhenti dan menyapaKu, tetapi engkau terlalu sibuk.

Di satu tempat, engkau duduk di sebuah kursi selama lima belas menit tanpa melakukan apapun. Kemudian Aku melihat engkau menggerakkan kakimu. Aku berpikir engkau ingin berbicara kepadaKu tetapi engkau berlari ke telepon dan menelepon seorang teman untuk mendengarkan gosip terbaru.

*klik tautan di bawah ini untuk membaca selengkapnya




Aku melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan Aku menanti dengan sabar sepanjang hari. Dengan semua kegiatanmu, Aku berpikir engkau terlalu sibuk untuk mengucapkan sesuatu kepadaKu.

Sebelum makan siang Aku melihatmu memandang kesekeliling, mungkin engkau merasa malu untuk berbicara kepadaKu, itulah sebabnya mengapa engkau tidak menundukkan kepalamu. Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan melihat beberapa temanmu berbicara kepadaKu dengan lembut sebelum mereka makan, tetapi engkau tidak melakukannya.

Tidak apa-apa. Masih ada waktu yang tersisa, dan Aku berharap engkau akan berbicara kepadaKu, meskipun saat engkau pulang ke rumah kelihatannya seakan-akan banyak hal yang harus kau kerjakan. Setelah beberapa hal tersebut selesai engkau kerjakan, engkau menyalakan televisi, Aku tidak tahu apakah kau suka menonton televisi atau tidak, hanya saja engkau selalu kesana dan menghabiskan banyak waktu setiap hari didepannya, tanpa memikirkan apapun hanya menikmati acara yang ditampilkan.

Kembali Aku menanti dengan sabar saat engkau menonton TV dan menikmati makananmu tetapi kembali kau tidak berbicara kepadaKu. Saat tidur Kupikir kau merasa terlalu lelah. Setelah mengucapkan selamat malam kepada keluargamu, kau melompat ke tempat tidur dan tertidur tak lama kemudian. Tidak apa-apa karena mungkin engkau tidak menyadari bahwa Aku selalu hadir untukmu.

Aku telah bersabar lebih lama dari yang kau sadari. Aku bahkan ingin mengajarkanmu bagaimana bersabar terhadap orang lain.Aku sangat mengasihimu, setiap hari Aku menantikan sepatah kata, doa atau pikiran atau
syukur dari hatimu.

Baiklah... engkau bangun kembali dan kembali Aku akan menanti dengan penuh kasih bahwa hari ini kau akan memberiKu sedikit waktu. Semoga harimu menyenangkan. Yang selalu menyertaimu setiap saat, ALLAH
SWT.

lanjut

Monday 19 January 2009

Terlalu Sulit


Oleh: Goenawan Mohamad (Majalah Tempo Edisi 10/XXXIIIIIII/ 07 - 13 Mei
2007)

JIKA tuan berdiri di salah satu sudut Senayan City , tuan akan tahu bagaimana malam berubah sebagaimana juga dunia berubah. Di ruangan yang luas dan disejukkan pengatur udara, cahaya listrik tak pernah putus. Iklan dalam gambar senantiasa bergerak, bunyi musik menyusup lewat ratusan iPod ke bagian diri yang paling privat, dan lorong-lorong longgar itu memajang bermeter-meter etalase dengan busana dan boga.

Sepuluh bukan, lima tahun yang lalu, malam tidak seperti ini. Juga dunia, juga kenikmatan dan kegawatannya.

Hari itu saya duduk minum kopi di salah satu kafe di salah satu mall di Jakarta , dan tiba-tiba saya merasa bodoh: saya tak tahu berapa mega-kilowatt listrik dikerahkan untuk membangun kenikmatan yang tersaji buat saya hari itu. Saya merasa bodoh, ketika saya ingat, pada suatu hari di Tokyo , di tepi jalan yang meriah di Ginza , teman saya, seorang arsitek Jepang, menunjukkan kepada saya mesin jajanan yang menawarkan Coca-Cola dan kripik kentang.

"Tahukah Tuan," tanyanya, "jumlah tenaga listrik yang dipakai oleh mesin jenis ini di seluruh Jepang?

*klik tautan di bawah ini untuk membaca selengkapnya




Saya menggeleng, dan ia menjawab, Jumlahnya lebih besar ketimbang jumlah tenaga listrik yang tersedia buat seluruh Bangladesh .

Ia berbicara tentang ketimpangan, tentu. Ia ingin saya membayangkan rumah-rumah sakit yang harus menyelamatkan nyawa manusia di sebuah negeri miskin yang ternyata tak punya daya sebanyak 10 buah mesin jajanan di negeri kaya mesin yang menawarkan sesuatu yang sebetulnya tak perlu bagi hidup manusia.

Saya merasa bodoh, mungkin juga merasa salah. Seandainya bisa saya hitung berapa kilowatt energi yang ditelan oleh sebuah mall di Jakarta, di mana saya duduk minum kopi dengan tenang, mungkin saya akan tahu seberapa timpang jumlah itu dibandingkan dengan seluruh tenaga listrik buat sebuah kabupaten nun di pedalaman Flores .

Tapi tak hanya itu sebenarnya. Kini banyak orang tahu, ketimpangan seperti itu hanya satu fakta yang gawat dan menyakitkan. Ada fakta lain: kelak ada sesuatu yang justru tak timpang, sesuatu yang sama: sakit dan kematian.

Konsumsi energi berbeda jauh antara di kalangan yang kaya dan kalangan miskin, tapi bumi yang dikuras adalah bumi yang satu, dan ozon yang rusak karena polusi ada di atas bumi yang satu, dengan akibat yang juga mengenai tubuh siapa saja termasuk mereka yang tak pernah minum kopi dalam mall, di sudut miskin di Flores atau Bangladesh , orang-orang yang justru tak ikut mengotori cuaca dan mengubah iklim dunia.

Dengan kata lain, tak ada pemerataan kenikmatan dan keserakahan, tapi ada pemerataan dalam hal penyakit kanker kulit yang akan menyerang dan air laut yang menelan pulau ketika bumi memanas dan kutub mencair. Orang India, yang rata-rata hanya mengkonsumsi energi 0,5 kW, akan mengalami bencana yang sama dengan orang Amerika, yang rata-rata menghabisi 11,4 kW.

"Saya tak lagi berpikir tentang keadilan dunia," kata teman Jepang itu pula, "terlalu sulit, terlalu sulit."

Beberapa tahun kemudian ia meninggalkan negerinya. Saya dengar ia hidup di sebuah dusun di negeri di Amerika Latin, membuat sebuah usaha kecil dengan mengajak penduduk menghasilkan sabun yang bukan jenis detergen, mencoba menanam sayuran organik sehingga tak banyak bahan kimia yang ditelan dan dimuntahkan. tapi kata-katanya masih terngiang-ngiang, "terlalu sulit, terlalu sulit."

Mungkin memang terlalu sulit untuk menyelamatkan dunia. Saya baca hitungan itu: dalam catatan tahun 2002, emisi karbon dioksida dari seluruh Amerika Serikat mencapai 24% lebih dari seluruh emisi di dunia, sedangkan dari Vanuatu hanya 0,1%, tapi naiknya permukaan laut di masa depan akibat cairnya es di kutub utara mungkin akan menenggelamkan negeri di Lautan Teduh itu dan tak menenggelamkan Amerika.

Ingin benar saya tak memikirkan ketidakadilan dunia, tapi manusia juga menghadapi ketidakadilan antargenerasi. Mereka yang kini berumur di atas 50 tahun pasti telah lama menikmati segala hal yang dibuat lancar oleh bensin, batu bara, dan tenaga nuklir. Tapi mungkin sekali mereka tak akan mengalami kesengsaraan masa depan yang akan dialami mereka yang kini berumur 5 tahun. Dalam 25 tahun mendatang, kata seorang pakar, emisi C02 yang akan datang dari Cina bakal dua kali lipat emisi dari seluruh wilayah Amerika, Kanada, Eropa, Jepang , Australia , Selandia Baru. Apa yang akan terjadi dengan bumi bagi anak cucu kita?

"Terlalu sulit, terlalu sulit," kata teman Jepang itu.

Ekonomi tumbuh karena dunia didorong keinginan hidup yang lebih layak. "Lebih layak" adalah sesuatu yang kini dikenyam dan sekaligus diperlihatkan mereka yang kaya. Kini satu miliar orang Cina dan satu miliar orang India memandang mobil, televisi, lemari es, mungkin juga baju Polo Ralph Lauren dan parfum Givenchy sebagai indikator kelayakan, tapi kelak, benda-benda seperti itu mungkin berubah artinya. Jika 30% dari orang Cina dan India berangsur-angsur mencapai tingkat itu seperempat abad lagi, ada ratusan juta manusia yang selama perjalanan seperempat abad nanti akan memuntahkan segala hal yang membuat langit kotor dan bumi retak. Seperempat abad lagi, suhu bumi akan begitu panas, jalan akan begitu sesak, dan mungkin mobil,
lemari es, baju bermerek, dan perjalanan tamasya hanya akan jadi benda yang sia-sia.

Mungkin orang harus hidup seperti di surga. Konon, di surga segala sesuatu yang kita hasratkan akan langsung terpenuhi. Itu berarti, tak akan ada lagi hasrat. Atau hasrat jadi sesuatu yang tak relevan; ia tak membuat hidup mengejar sesuatu yang akhirnya sia-sia.

Tapi akankah saya mau, seperti teman Jepang itu, pergi ke sebuah dusun di mana tak ada mall, tak ada bujukan untuk membeli, dan hidup hampir seperti seorang rahib? Di mall itu, saya melihat ke sekitar. Terlalu sulit, terlalusulit, pikir saya.

lanjut

Sunday 18 January 2009

Pola Pikir Geologist


pernah tau pola pikir geologist???

Putri Katak
Seorang geologist berjalan cepat melintasi tepi sungai, ketika terdengar suara panggilan. Setelah diamati, ternyata suara itu berasal dari seekor katak.
"Hai tunggu," kata si katak, "Aku sebenarnya putrid yang cantik, tapi sedang dikutuk. Tapi kalau kamu menciumku, aku bisa jadi putri lagi. Ciumlah aku!"
Dengan hati-hati si geologist memungut si katak, lalu memasukkannya ke saku jaketnya. Si katak berteriak,
"Hai, ciumlah aku! Kalau aku sudah jadi putri, aku mau jadi pacarmu semalam."
Si geologist cuma tersenyum kecil.
"Iya deh, nggak semalam. Seminggu penuh deh!!!" teriak si katak. Si geologist senyum lebar, mengeluarkan katak dari saku, mengelus-elusnya, kemudian memasukkan kembali ke saku.
Si katak berteriak putus asa, "Ya deh, aku mau jadi pacar kamu seumur hidup. Tapi cium aku dong. Nanti aku jadi putri yang cantik sekali, yang akan menemani kamu selamanya."
Akhirnya si geologist buka suara juga.
"Hey. Tahu nggak. Aku itu geologist. Aku nggak punya waktu buat pacaran. Tapi punya katak yang bisa bicara, keren juga."




Hukuman Pancung
Di sini akan dijelaskan karakteristik khas geologist, yaitu memiliki pengabdian yang mendalam dan membabi buta pada profesinya. Zaman pemberontakan. Seorang pendeta, ahli hukum, dan geologist ditangkap, dan dijatuhi hukuman mati dengan guillotine/alat pancung.
Tibalah saat pelaksanaan hukuman mati. Setelah diundi, pendeta harus mati lebih dulu, disusul ahli hukum, dan terakhir si geologist. Pendeta meletakkan leher di balok guillotine. Tuas dilepas. Tapi pisau tak bergerak. Si pendeta lalu berdiri dan mengatakan ia telah diselamatkan oleh Tuhan. Ia pun dibiarkan pergi/bebas.
Giliran si ahli hukum dipaksa meletakkan leher di balok. Tuas dilepas. Tapi pisau masih terdiam saja. Si ahli hukum berdiri dan mengatakan bahwa seorang tersangka hanya boleh dihukum satu kali untuk sebuah kesalahan. Maka ia pun boleh pergi.
Terakhir, giliran geologist meletakkan kepalanya di leher balok. Ia mengintip ke arah pemicu katrol. Lalu ia berkata,
"Tunggu. Sekarang aku tahu kenapa alatnya macet, ...."

Tebakan Kelas Tinggi
Ahli komputer dan geologist berada dalam sebuah perjalanan panjang di pesawat terbang. Si geologist tidur dengan lelap. Tapi si ahli komputer duduk gelisah. Setelah lama bingung mencari kegiatan, ahli komputer membangunkan geologist dan mengajak main tebak-tebakan. Si geologist yang malas cuma menggeleng dan mencoba kembali tidur.
"Ayo dong," desak ahli komputer, "Kita pakai taruhan. Yang kalah bayar sepuluh ribu ke yang menang." Si geologist masih menolak dengan halus.
"Begini saja," kata ahli komputer, "Kalau aku nggak bisa jawab pertanyaanmu, aku bayar seratus ribu. Kalau kamu nggak bisa jawab pertanyaanku, kamu bayar sepuluh ribu saja."
Si geologist bosan diganggu, dan terpaksa setuju. Lumayan dapat proyek, pikirnya. Maka ahli computer mengajukan pertanyaan pertama, "Berapa jarak dari Matahari ke planet Pluto?" Si geologist langsung menyerah dan menyerahkan sepuluh ribu rupiah.
Ahli computer dengan gaya, menantang pertanyaan dari geologist.
Maka si geologist bertanya, "Apa yang naik dengan tiga kaki dan turun dengan lima kaki?"
Ahli komputer bingung. Tapi ia tak mau menyerah. Maka ia membuka laptopnya, dan mencari berbagai referensi. setelah gagal, ia menyambungkan modem, dan mencari referensi ke Internet. Masih gagal, ia berkirim mail ke seluruh mail list yang diikutinya untuk menanyakan soal itu. Tapi tidak ada yang bisa menjawab. Putus asa, ia menyerahkan seratus ribu rupiah ke geologist yang masih terkantuk-kantuk. Si geologist tenang menerimanya dan memasukkannya ke saku.
Si programmer, penasaran, membangunkan si geologist, dan bertanya lagi, "Jadi, apa jawabannya?"
Dengan malas, si geologist menggelengkan kepala,”Gak, tahu!” dan mengeluarkan sepuluh ribu rupiah, menyerahkannya ke ahli komputer, lalu tidur lagi.

Ilmu Karcis
Setelah membaca kisah ini, Anda akan suka mengaplikasikan rumus ini. Sekelompok geologist dan matematikawan naik kereta bersama untuk menghadiri workshop. Setiap matematikawan membawa selembar karcis. Tapi para geologist hanya punya selembar karcis untuk semua orang. Tentu saja, para matematikawan menertawai ketololan kelompok geologist.
Saat kondektur hampir masuk, semua geologist bergegas masuk ke kamar kecil. Kondektur mengetuk pintu kamar kecil, dan berteriak,
"Karcisnya,Pak. "
Sebuah tangan mengacungkan selembar karcis itu keluar kamar kecil. Kondektur memeriksa dan kemudian berlalu. Para geologist pun keluar dari kamar kecil. Para matematikawan merasa kecele.
Pulang dari workshop, para matematikawan hanya membeli selembar karcis. Tapi para geologist tidak membeli karcis selembar pun. Para matematikawan kembali menertawai keanehan pada geologist.
Saat kondektur hampir masuk, para geologist masuk ke kamar kecil. Dan para matematikawan masuk kamar kecil satunya. Tapi kemudian salah satu geologist keluar dari kamar kecil, mengetuk pintu kamar kecil para matematikawan, dan berteriak, "Karcisnya, Pak!"

Pendekatan
Seorang geologist dan seorang matematikawan sedang bersaing memperebutkan seorang gadis (pasti ilmuwan deh).
Kata si gadis, "Kalian boleh mendekatiku. Tapi berapa pun langkah kalian mendekatiku, aku akan segera menjauh dengan jarak setengahnya. "Kata si matematikawan, "Wah, dengan demikian, aku tak akan bisa mencapaimu selamanya. Ini pasti penolakan yang halus.", dia menyerah.
Tapi kata geologist, "Memang aku tak mungkin mencapaimu. Tapi aku bisa berada cukup dekat untuk melihat kecantikanmu. " Ngrayu… ni yeee!

Soal Harga
Sore di taman. Dua geologist berpapasan. Satu sedang jogging dan satu mengendarai sepeda yang bagus.
"Hai, sepedamu bagus. Baru ?"
"Bisa dibilang baru. Ada gadis manis memberikannya padaku tadi."
"Baik sekali! Bagaimana ceritanya ?"
"Aku juga heran. Tadi aku sedang jogging. Gadis manis itu naik sepeda ini. Dia berhenti, mengerlingkan mata, lalu turun. Kami jalan bersama sebentar. Tiba-tiba dia mengajakku masuk ke semak-semak. Di sana dia membuka seluruh pakaiannya. Lalu katanya, 'sekarang, ambillah milikku yang paling berharga'.
Ada training pack, ada sepatu, dan ada sepeda. Jadi aku ambil sepedanya." "Ya dong. Tentu. Lagipula training pack dan sepatunya belum tentu seukuran dengan kamu."

Cinta Prototype
Seorang geologist sedang melakukan ujicoba motor balap yang dibelinya built Up dari Amerika fully-automatic di sebuah jalan sepi. Tapi tak disangka, sebuah jeep besar melintas cepat masuk ke jalan itu. Tabrakan tak dapat dielakkan. So motor balap idamannya hancur.
Sambil terengah-engah, si geologist berteriak, "Ya ampun. Apa yang kamu lakukan? Hancur sudah prototype RXW-1007 satu-satunya di dunia!"
Kata si penabrak, "Maafkan saya. Tapi kenapa memikirkan mobil? Anda sendiri luka parah. Tangan kiri Anda hancur terlindas. Dan ..."
Dengan kaget, si geologist menegok tangan kirinya yang nyaris putus,lalu berteriak, "Ya ampunnnnnnnn… .. Hancur juga prototype jam-komunikator- multimedia- waterproof GRF-5505 satu-satunya di dunia !!!!!"

Istri atau Pacar?
Tiga geologist berbincang santai. Di luar kebiasaan, kali ini mereka memperbincangkan soal istri dan pacar.
"Saya lebih suka punya pacar," kata geologist pertama. "Lebih bebas. Tidak terikat waktu. Dan lebih mesra."
"Istri justru lebih mesra," kata geologist kedua. "Lagipula lebih santai. Dan jelas kita lebih terurus, sehingga bisa berfokus lebih banyak pada geologisting."
"Kalau saya, lebih suka punya istri dan pacar sekaligus," kata geologist ketiga. "Malam-malam, istri saya mengira saya sedang serong ke pacar saya. Pacar saya mengira saya kembali ke istri saya. Padahal saya lagi asyik main game sama teman-teman, tanpa gangguan."

Perancang Anatomi
Tiga geologist muda asyik berdebat. Topiknya adalah tentang anatomi manusia. Mereka bersitegang tentang siapa sebenarnya perancang anatomi manusia itu.
"Pasti ahli mesin," kata geologist pertama.
"Lihat, sistem kendali mekaniknya yang nyaris sempurna. Tarikan katrol dan pengungkitan yang halus, serta ..."
" Itu artinya bukan ahli mesin, tapi ahli elektro," tukas geologist kedua.
"Yang kamu tunjukkan berkaitan dengan sistem kendali syaraf yang luar biasa presisinya."
Kata geologist, "Menurut aku sih, pasti geologist tata lingkungan . Siapa lagi yang punya kebiasaan menempatkan saluran limbah berdekatan sekali dengan kawasan rekreasi."

Perancang Anatomi
Su Tono adalah geologist handal yang terkenal, yang dulu bekerja di Exxxon. Ia adalah ahli reservoir oil dan ahli pengeboran hebat. Pernah meja-meja kerja di Exxxon diberi tanda 'No Smoking'.
Su Tono segera menambahi tulisan di bawahnya, sehingga terbaca 'No Smoking, No Su Tono', lalu ia pulang. Tak lama kebijakan itu dicabut.
Setelah Su Tono pensiun, pernah Exxon mengalami hambatan yang parah dalam explorasi. Dan tak ada satu geologist pun yang dapat menangani, akhirnya Su Tono dipanggil kembali sebagai konsultan.
Su Tono berkeliling ke lapangan sebentar, membuka peta, mengukur di sana-sini, dan mencatat di sebuah buku kecil. Beberapa saat kemudian, ia mengambil spidol, dan memberi tanda silang 'X' besar di sebuah peta. Para geologist cepat-cepat melakukan pengeboran di situ, dan menemukan sumber minyak baru.
Su Tono menagih Exxxon sebesar $10000. Tapi eksekutif Exxxon berkeberatan.
Mereka bilang, "Masa hanya untuk sebuah tanda silang, kita harus bayar sedemikian besar." Maka mereka meminta Steinmetz untuk memberikan rincian tagihan.
Su Tono pun membuat rincian sebagai berikut:
Membuat tanda silang $ 1.00
Menentukan posisi tanda silang $ 9999.00
Total $ 10000.00

Volume Tabung
Tiga orang diperintahkan untuk mengukur tabung dengan alas bulat tapi ujung mencorong.
Orang pertama, matematikawan, mengukur diameter tabung dan sisi-sisi lainnya, kemudian melakukan perhitungan integral tingkat tiga.
Orang kedua, fisikawan, memasukkan air ke dalam tabung, kemudian mengeluarkan air ke gelas ukur, dan membaca volumenya.
Orang ketiga, geologist, membaca nomor seri di bawah tabung, kemudian mengambil buku di pojok lab untuk membaca jenis tabung, bahan, dan volumenya.

Alat Tulis
Cerita ini terjadi di masa perlombaan teknologi luar angkasa, antara Amerika Serikat melawan Uni Soviet. NASA, menemukan bahwa pena dengan tinta yang bekerja dengan gravitasi itu tidak dapat bekerja di luar angkasa, akhir NASA bekerja sama denga Uni Sovyet merancang pena jenis baru yang memiliki tekanan internal. Tekanan tinta dikendalikan oleh genggaman pemakai. Untuk sistem sensor dan sebagainya, dihabiskan dana mencapai satu juta U$ dollar. Dan akhirnya, pena ini bekerja dengan baik sekali.
Sementara itu pihak Indonesia yang akan mengirim Astronot bersama NASA, yang latar belakangnya pendidikan Sarjana Geologi, mengalami masalah yang sama. Dan Si Geologist memutuskan untuk menggunakan pensil.

Tinggi Tiang
Beberapa geologist muda sedang berbincang di bawah tiang bendera. Mereka sedang membandingkan cara terbaik untuk menghitung tinggi tiang itu. Sedang asyik-asyiknya berbincang, datanglah seorang professor geologist.
Setelah mengetahui persoalannya, si professor geologist senior mengangkat tiang itu, merebahkannya ke tanah, mengeluarkan meteran dari sakunya, dan mulai mengukur. "Tiga meter delapan puluh dua centimeter. Mudah kan? Cepat dan praktis."
Seorang geologist muda menyanggah, "Tapi kita mau mengukur tinggi tiang, bukan panjang tiang."

Mengganti Bola Lampu
Pertanyaan : Berapa orang yang diperlukan untuk mengganti bola lampu?
Insinyur sipil: Satu tim lengkap. Dan beri saya satu minggu untuk merancang project management ini.
Sepesialis windows-XP: Satu orang. Tapi harus dilakukan reinstalasi rumah secara keseluruhan.
Spesialis linux: Satu orang. Dan tidak perlu lampu baru. Cukup dilakukan rekompilasi pada source code lampu itu.
AHLI telekomunikasi: Satu orang, untuk mengoperasikan perangkat remote maintenance dengan inframerah terhadap lampu.
Ahli pengairan: Lima orang. Satu untuk melepas lampu dan menggantinya. Empat untuk membereskan perahu apung dan mengeringkan ruangan dari air kolam.
Ahli arsitektur: Ruangan itu dirancang untuk menerima cahaya alami. Lampu itu tidak rusak. Dari awal memang dipasang hanya sebagai asesori, dan memang tidak bisa menyala.
Spesialis C++: Tergantung, apakah lampu yang rusak itu bertipe lampu real, ataukah hanya instansiasi dari kelas lampu.
Ahli Filsafat : Tidak perlu orang. Biarkan saja kupu-kupu itu mengepakkan sayapnya sekali lagi.
Mekanikawan kuantum: Karena posisi dan momentum lampu tak dapat ditetapkan bersamaan, kita perlu satu ruangan penuh ahli fisika yang ditutup matanya. Saat menerima sinyal, mereka semua harus melepaskan tutup mata, dan mengamati kawasan di mana lampu rusak mungkin berada. Yang terdekat dengan lampu itu harus mengganti lampu secepat-cepatnya, sebelum fungsi gelombang bergeser.
Mahasiswa geologi semester 1: Tidak tahu. Kami belum belajar soal itu.
Mahasiswa geologi semester 2: Tidak tahu. Itu materi semester 3.
Mahasiswa geologi semester 3: Sudah lupa. Itu ternyata materi semester 2.
Mahasiswa teknik geologi tingkat akhir: Ini bocoran soal ujian skripsi ya?
Alumni baru teknik geologi : Itu tergantung beberapa hal.
Dosen teknik geologi : Saya berkeberatan menjawab pertanyaan kalau itu dimaksudkan untuk menjatuhkan saya.
Praktisi geologi Senior: Anda sebenarnya Cuma bertanya, atau sedang meminta bantuan saya untuk mengganti lampu?

lanjut

Jangan Ragu Nyatakan Cinta.....


Cowok adalah sosok mahluk yang diciptakan untuk selalu optimis. Termasuk masalah jodoh dalam rangka ngedapetin pasangan hidup. Mungkin cerita-cerita di bawah ini bisa jadi bahan pemikiran buat cowok-cowok yang mo ngomong sama si cewek yang udah lama diincer. Yang penting... diingetin aja kalo cowok harus selalu optimis.
OK ....

Edo : Aku suka sama kamu, Rin .... Aku pengin kamu jadi pacarku.
Eileen: (Malu-malu) Aku juga suka sama kamu, Do.

Artinya - Jelas si Eileen suka sama si Edo, sampe ngomong terus terang gitu.

------------ --------- --------- --------- -
------------ --------- ----
Hendro : Nov, Aku bener-bener suka sama kamu. Aku pengin kita bisa jalan bareng.
Novi : Kaya'nya kita lebih baik temenan aja,dech. Kita khan udah lama temenan.

Artinya - Novi pun sebenarnya suka sama si Hendro. Status "teman" hanya buat alasan aja buat si Novi biar bisa deket terus sama si Hendro.

------------ --------- --------- --------- -
------------ --------- -----
Andri : Aku ngerasa cocok jalan sama kamu. Mau ngga' jadi pacarku, Wen ?
Wenny : Jangan sekarang deh .... Aku pengie konsentrasi study-ku dulu

Artinya - Wenny suka sama si Andri, jawaban yang nggantung dan ngambang kaya' gitu maksudnya biar Andri penasaran dan tetep "stay around" si Wenny. Dengan gitu khan mereka bisa tetep deket. Andaikan si Wenny nggak suka, pasti ngomong terus terang sama Andri.

------------ --------- --------- --------- -
------------ --------- -----

Rio : Kamu cakep dech, Lia ... Aku pengin pacaran sama kamu ......
Lia : Terus terang ya, Rio ... Aku nggak suka sama kamu. Aku benci sama
kamu. Kamu Egois, Kamu bau, Kamu urakan, Kamu cowok males ! Pokoknya aku benciii sama kamu !!!

Artinya - Perhatian Lia gedhe sama Rio. Lia tau semua sifat-sifat Rio, sampe baunya segala. Ngga' banyak cewek yang perhatian kaya' gitu. Dan sangat mungkin itu artinya Lia aslinya suka sama Rio.

------------ --------- --------- --------- -
------------ --------- -----
Indra : Aku udah lama merhatiin kamu, Yen ... Aku suka en sayang banget sama kamu ...
Renny : (Tertawa lepas) Haa..ha..uahaaa. .ha.. Lucu kamu, Dra !

Artinya - Betapa gembiranya Yenni mendengar ucapan Indra. Ekspresi tawa bahagia tiada tara. Jelas banget si Renny suka sama sama si Indra, sampe dibilang kalo Indra lucu segala.

------------ --------- --------- --------- -
------------ --------- ------
Yanto : Ria, ...Mau ngga' jadi pacarku ?
Ria : Plak !! Plak !! (Ria "menyentuh" pipi si Yanto)

Artinya - Yanto spesial buat Ria. "Sentuhan" tangan Ria ke pipi Yanto (sampe 2 X bahkan, ninggalin bekas merah lagi) adalah sentuhan yang ngga' semua cowok bisa ngerasain. Peluang besar buat Yanto bahwa Ria suka sama dia.

------------ --------- --------- --------- -
------------ --------- -------
Bimo : Win, Wina ... Aku suka banget sama kamu.Pacaran Yuk .....
Wina : Jancuk !! Aku iki lanang, Mo ! Aku koncomu, WinaRNO !!! Eling, Mo....eling ... Aku WinaRNO..!!



Artinya - Wina seneng sama Bimo. Masa' sampe ngaku-ngaku cowok segala.Ngotot lagi..! Wina ngaku cowok khan biar selalu bisa santai dan deket sama Bimo.

Jadi jawaban apapun yang nantinya diberikan sama si cewek,... peluang selalu ada dan ngga' pernah ketutup. So .. Tetap Semangat. Kunci kesuksesan Pria !!

lanjut