Saturday 14 February 2009

Meniti Ridha Ilahi


Bismillahirrahmanirrahiim …

Dengan kerendahan hati, mari kita simak pesan-pesan Al Qur’an tentang tujuan hidup yang sebenarnya. Nasehat ini untuk semuanya. Baik untuk mereka yang telah memiliki arah. Bagi mereka yang belum punya arah. Atau bahkan yang tak punya arah sekalipun. Nasehat ini untuk semuanya. Semua yang ingin mendapat dan meraih kebaikan.

Nikah itu ibadah. Nikah itu suci … ingat itu. Memang nikah itu bisa karena harta, bisa karena keturunan, bisa karena kecantikan, ketampanan, dan bisa karena agama. Jangan engkau jadikan harta, kecantikan, dan keturunan sebagai alasan karena itu akan menyebabkan celaka. Jadika agama sebagai alasan. Engkau akan mendapatkan kebahagiaan. Tak dipungkiri bahwa keluarga terbentuk karena cinta. Namun, jika cinta engkau jadikan satu-satunya landasan, maka keluargamu akan rapuh. Mudah terombang-ambing dan hancur kemudian. Jadikanlah Allah sebagai landasan. Niscaya kau akan selamat. Tidak saja di dunia,tapi juga di akhirat. Jadikan ridho Allah sebagai tujuan. Niscaya mawaddah, sakinah dan rahmah akan tercapai. Insyaallah …….

*klik tautan di bawah ini untuk membaca selengkapnya





Untuk calon suami yang sholih …
Jangan kau menginginkan menjadi raja dalam istanamu. Disambut isteri ketika datang dan dilayani segala kebutuhan. Jika ini kaulakukan, istanamu tidak akan langgeng. Lihatlah manusia teragung sepanjang sejarah, Muhammad SAW tidak marah ketika harus tidur di luar beralaskan sorban, karena sang isteri tidak mendengar kedatangan beliau. Tetap tersenyum, meski tak tersedia makanan di hadapan, ketika lapar. Menjahit bajunya yang robek ………..

Jangan engkau terlalu cinta pada isterimu. Jangan engkau terlalu menuruti isterimu. Jika itu engkau lakukan, akan celaka. Engkau tidak akan dapat melihat hitam dan putih, tidak akan dapat melihat benar dan salah. Lihatlah bagaimana Allah menegur Nabimu ketika mengharamkan apa yang telah Allah halalkan hanya karena menuruti kemauan isteri. Tegaslah terhadap isterimu. Dengan cintamu ajaklah ia tata kepada Allah. Jangan biarkan ia dengan kehendaknya. Lihatlah isteri Nuh dan Luth. Di bawah bimbingan manusia pilihan, justru mereka menjadi penentang. Isterimu bisa menjadi musuhmu. Didiklah isterimu. Jadikanlah ia sebagai Hajar, wanita utama yang setia terhadap tugas suami, Ibrahim. Jadikan ia sebagai Maryam. Wanita utama yang bisa menjaga kehormatannya. Jadikan ia sebagai Khadijah, wanita utama yang bisa mendampingi tugas suami, Muhammad SAW menerima tugas risalah. Isterimu adalah tanggung jawabmu. Jangan larang mereka untuk taat kepada Allah. Biarkan ia giat berdakwah kepada kaumnya untuk menyegerakan tegaknya kembali kalimah-Nya. Biarkan ia menjadi wanita yang sholehah yang senantiasa mengokohkan dakwahmu dan dakwahnya. Tegur ia tatkala ia lalai dalam melaksanakan amanahnya. Biarkan ia menjadi Hajar, Maryam atau bahkan Khodijah. Sungguh jangan kau belenggu dengan egomu.

Untuk calon isteri yang sholihah ……….
Jika engkau menjadi isteri, jangan engkau menginginkan menjadi ratu dalam istanamu. Disayang, dimanja dan dilayani oleh suamimu. Terpenuhi apa yang menjadi keinginanmu. Jika itu engkau lakukan, istanamu akan menjadi neraka bagimu. Jangan engkau paksa suamimu menurutimu. Jangan engkau paksa suamimu untuk melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya. Siapkan dirimu untuk menjadi Hajar, yang setia terhadap tugas suami. Siapkan dirimu untuk menjadi Maryam, yang bisa senantiasa menjaga kehormatannya.
Siapkan dirimu untuk menjadi Khadijah, yang bisa mendampingi suami tercinta mejalankan misi dakwahnya. Jangan kau usik suamimu dengan rengekanmu. Jangan kau usik suamimu dengan tangismu. Jika itu kau salah gunakan, kecintaannya padamu yang begitu besar akan memaksanya menjadi pendurhaka. Jangan ………..

Untuk calon Bapak …..
Jika kau menjadi bapak, jadilah bapak yang bijaksana layaknya Lukmanul Hakim. Jadilah Bapak yang tegas seperti Ibrahim. Jadilah Bapak yang dipenuhi kasih dan sayang seperti Muhammad SAW. Ajaklah anakmu mengenal Allah. Ajaklah anak dan istrimu untuk senantiasa taat pada Allah. Jadikan ia sebagai Yusuf yang berbakti. Jadikan ia setaat Ismail.
Mohonlah kepada Allah. Mintalah kepada Allah agar mereka menjadi anak yang sholih dan senantiasa menjadi pejuang Islam.

Untuk calon Ibu ……….
Jika kau menjadi ibu, jadilah kau ibu yang bijak, ibu yang teduh, yang bisa memberi keteduhan pada suami dan anak-anakmu. Bimbinglah anakmu dengan kasih sayangmu. Jadikan mereka mujahid. Jadikan mereka tentara-tentara Allah. Jangankan biarkan mereka larut dalam kemanjaan dan malas-malasan. Siapkan mereka menjadi anak yang shalih. Hamba yang shalih. Yang siap menegakkan risalah Islam.

::::::::::

Pernikahan laksana ajal, tak peduli siap Atau tidak, pada waktu yang telah ditentukan dia Akan datang menjemput seseorang untuk berpindah ke alam lain. Maka beruntunglah bagi siapa yang mempersiapkan diri.

Untuk Suami Renungkanlah …
Pernikahan menyingkap tabir rahasia... Isteri yang kamu nikahi tidak semulia Khadijah, tidak setaqwa Aisyah, pun tidak setabah Fatimah. Justru isterimu hanyalah wanita akhir zaman yang punya cita-cita menjadi solehah … Pernikahan menyadarkan akan kewajiban bersama. Isterimu menjadi tanah, kamu langit penaungnya. Isteri ladang tanaman, kamu pemagarnya. Isteri ibarat ternak, kamu penggembalanya. Isteri adalah murid, kamu mursyidnya. Isteri bagaikan anak kecil,Kamu tempat bermanja dan berkeluhkesah ia. Dan ketika isteri menjadi racun, kamulah penawar bisanya. Seandainya isteri tulang yang bengkok maka berhati-hatilah meluruskannya … Pernikahan menginsyafkan kita perlunya keimanan dan ketaqwaan. Untuk belajar meniti ridho Allah SWT. Karena memiliki isteri yang tak sehebat mana, justru kamu akan tersentak dari alpa. Kamu bukanlah Rasulullah SAW, pun bukan Sayyidina Ali Karramallahuwajhah. Cuma suami akhir zaman yang mencoba untuk menjadi suami sholeh. Amiin ………

Untuk Isteri Renungkanlah …
Pernikahan menyingkap tabir rahasia. Suami yang menikahimu tidaklah semulia Muhammad SAW, tidak setaqwa Ibrahim, pun tidak setabah Ayub. Apalagi setampan Yusuf. Justru suamimu hanyalah lelaki akhir zaman yang punya cita-cita membangun keturunan yang sholeh …

Pernikahan menyadarkan akan kewajiban bersama. Suami menjadi pelindung, kamu penghuninya. Suami adalah nahkoda kapal, dan kamu pengemudinya. Saat suami seorang raja, kamu dapat merasakan anggur singgasananya. Dan ketika suami menjadi racun, kamulah penawar bisanya. Sungguh , tatkala suami sebagai inti jantung keluarga, maka anti-lah rusuk pelindungnya. Seandainya suami bengis lagi lancang,maka berhati-hatilah meluruskannya …

Pernikahan menginsyafkan kita perlunya keimanan dan ketaqwaan. Untuk belajar meniti ridho Allah SWT. Karena memiliki suami yang tak sehebat mana, justru kamu akan tersentak dari alpa. Kamu bukanlah Khadijah yang sempurna dalam menjaga, pun bukan Hajar yang setia dalam sengsara. Cuma wanita akhir zaman yang mencoba untuk menjadi istri salehah. Amiin ………

“Semoga Allah Mengumpulkan Yang Berserakan Dari Keduanya, Memberkati Mereka Berdua Dan Kiranya Allah Meningkatkan Kualitas Keturunan Mereka, Menjadikan Pembuka Pintu Rahmat, Sumber Ilmu Dan Nikmat Serta Rasa Aman Bagi Umat “ (Doa Rasulullah Saat Pernikahan Putrinya Fatimah Dengan Ali Bin Abi Thalib)

lanjut

Friday 13 February 2009

Men vs Women


"How to Keep a Woman Happy"
It's not difficult.
To keep a woman happy, a man only needs to be:
1. a friend
2. a companion
3. a lover
4. a brother
5. a father
6. a master
7. a chef
8. an electrician
9. a carpenter
10. a plumber
11. a mechanic
12. a decorator
13. a stylist

*klik tautan di bawah ini untuk membaca selengkapnya





14. a sexologist
15. a gynecologist
16. a psychologist
17. a pest exterminator
18. a psychiatrist
19. a healer
20. a good listener
21. an organiser
22. a good father
23. very clean
24. sympathetic
25. athletic
26. warm
27. attentive
28. gallant
29. intelligent
30. funny
31. creative
32. tender
33. strong
34. understanding
35. tolerant
36. prudent
37. ambitious
38. capable
39. courageous
40. determined
41. true
42. dependable
43. passionate

WITHOUT FORGETTING TO:
44. give her compliments regularly
45. love shopping
46. be honest
47. be very rich
48. not stress her out
49. not look at other girls

AND AT THE SAME TIME, YOU MUST ALSO:
50. give her lots of attention, but expect little yourself
51. give her lots of time, especially time for herself
52. give her lots of space, never worrying about where she goes

IT IS VERY IMPORTANT:
53. Never to forget:
* birthdays
* anniversaries
* arrangements she makes

HOW TO MAKE A MAN HAPPY!!! :
1. Give him lots of SEX (very.very.very important)
2. Feed him well.
3. Let him have the remote control.
4. Leave him in peace.

sumber: gemintang.com

lanjut

Thursday 12 February 2009

Kasih Yang Sebenarnya


Sejak kuliah, radio merupakan salah satu teman yang selalu menemani saya ketika sedang mengerjakan tugas, belajar, maupun santai. Tidak pernah bosan rasanya mendengarkan acara-acara yang disajikan oleh berbagai macam stasiun radio.

Suatu malam, di sebuah stasiun radio, sedang berlangsung acara dimana orang-orang berbagi pengalaman hidup mereka. Perhatian saya yang semula tercurah pada tugas statistik beralih ketika seorang wanita bercerita tentang ayahnya.

Wanita ini adalah anak tunggal dari sebuah keluarga sederhana yang tinggal di pinggiran kota Jakarta. Sejak kecil ia sering dimarahi oleh ayahnya. Di mata sang ayah, tak satupun yang dikerjakan olehnya benar. Setiap hari ia berusaha keras untuk melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginan ayahnya, namun tetap saja hanya ketidakpuasan sang ayah yang ia dapatkan.

*klik tautan di bawah ini untuk membaca selengkapnya




Pada waktu ia berumur 17 tahun, tak sepatah ucapan selamat pun yang keluar dari mulut ayahnya. Hal ini membuat wanita itu semakin membenci ayahnya. Sosok ayah yang melekat dalam dirinya adalah sosok yang pemarah dan tidak memperhatikan dirinya. Akhirnya ia memberontak dan tak pernah satu hari pun ia lewati tanpa bertengkar dengan ayahnya. Beberapa hari setelah ulang tahun yang ke-17, ayah wanita itu meninggal dunia akibat penyakit kanker yang tak pernah ia ceritakan kepada siapapun kecuali pada istrinya. Walaupun merasa sedih dan kehilangan, namun di dalam diri wanita itu masih tersimpan rasa benci terhadap ayahnya.

Suatu hari ketika membantu ibunya membereskan barang-barang peninggalan almarhum, ia menemukan sebuah bingkisan yang dibungkus dengan rapi dan di atasnya tertulis "Untuk Anakku Tersayang". Dengan hati-hati diambilnya bingkisan tersebut dan mulai membukanya. Di dalamnya terdapat sebuah jam tangan dan sebuah buku yang telah lama ia idam-idamkan. Di samping kedua benda itu, terdapat sebuah kartu ucapan berwarna merah muda, warna kesukaannya. Perlahan ia membuka kartu tersebut dan mulai membaca tulisan yang ada di dalamnya, yang ia kenali betul sebagai tulisan tangan ayahnya.

Ya Tuhan,
Terima kasih karena Engkau mempercayai diriku yang rendah ini untuk memperoleh karunia terbesar dalam hidupku.

Kumohon Ya Tuhan,
Jadikan buah kasih hambaMu ini, orang yang berarti bagi sesamanya dan bagiMu.

Jangan kau berikan jalan yang lurus dan luas membentang,
Berikan pula jalan yang penuh liku dan duri, agar ia dapat meresapi kehidupan dengan seutuhnya.

Sekali lagi kumohon Ya Tuhan,
Sertailah anakku dalam setiap langkah yang ia tempuh dan jadikan ia sesuai dengan kehendakMu.

Selamat ulang tahun anakku,
Doa ayah selalu menyertaimu.

Meledaklah tangis sang anak usai membaca tulisan yang terdapat dalam kartu tersebut. Ibunya menghampiri dan menanyakan apa yang terjadi. Dalam pelukan ibunya, ia menceritakan semua tentang bingkisan dan tulisan yang terdapat dalam kartu ulang tahunnya. Ibu wanita itu akhirnya menceritakan bahwa ayah memang sengaja merahasiakan penyakitnya dan mendidik anaknya dengan keras agar sang anak menjadi wanita yang kuat, tegar dan tidak terlalu kehilangan sosok ayahnya ketika ajal menjemput akibat penyakit yang diderita

Pada akhir acara, wanita itu mengingatkan para pemirsa agar tidak selalu melihat apa yang kita lihat dengan kedua mata kita. Lihatlah juga segala sesuatu dengan mata hati kita. Apa yang kita lihat dengan kedua mata kita terkadang tidak sepenuhnya seperti apa yang sebenarnya terjadi. "Kasih seorang ayah, seorang ibu, saudara-saudara, orang-orang di sekitar kita, dan terutama kasih Tuhan dilimpahkan pada kita dengan berbagai cara. Sekarang tinggal bagaimana kita menerima, menyerap, mengartikan dan membalas kasih sayang itu", kata wanita tersebut menutup acara pada malam hari itu.

Smuber : harrypotterindonesiadotcom

lanjut

Wednesday 11 February 2009

Balada Ijah dan Nyonyah: Nyonyah Jatuh Cinta..


Ditulis oleh: WULAN

Terkisah sebuah cerita tentang hubungan emosional antara ijah sang pembokat dengan nyonyahnya. Si nyonyah dengan style suka memerintah, rada gendut, keturunan cina dengan mata belo dan kulit coklat, sukanya membawa kipas tentunya buat ngipasin dia yang kebanyakan lemak diseluruh sudut tubuhnya, dan di waktu senggang sukanya ngerol rambut, bisa anda bayangkan?? Sedangkan si ijah, sesosok lelaki kurus kering kerontang, hanya berbalut tulang, yang kemana-mana selalu membawa serbet, entah tu serbet buat ngelap meja atau ingus yang udah menjadi bagian dari hidupnya, hidupnya selalu berlinang perintah, sewaktu-waktu selalu ada panggilan, IJAAAAHHH!!!

*klik tautan di bawah ini untuk membaca selengkapnya





Di suatu sore yang cerah, si ijah sedang membersihkan kandangnya nyonyah (maksutnya kandang kambing piaraan nyonyah, bukan nyonyah yang punya kandang, halah!), dipanggilnya si Ijah..
"Ijaaaaaaahhhh…!!!!", memanggil dengan suara cempreng, sambil kipas-kipas, benerin poni di rol, kening ada koyok kecil..
Ijah berlari tergopoh-gopoh, berusaha mencari asal-usul suara tersebut.. Ternyata nyonyah sedang duduk di beranda belakang rumah..
"iya nyah, ada apa? Ada yang bisa dibanting nyah? Dibantu maksutnyaaa"
Nyonyahnya berkata, "sini Jah, duduk di bawah sini, nyah mau curhat".. Si Ijah pun jongkok di bawah beranda sambil ngelap ingusnya, batinnya, ada apa lagi ni nyonyah satu ini..

Nyonyahpun mulai bercerita, "gini Jah, nyah mau curhat, kalo kagak ada elu siapa lagi yang bisa dijadiin tempat curhat, pan lu tau babeh dah kagak ada, nyah tu kesepian, tiap malem cuma ngliatin sinetron Indosiar yang lu juga tahu tu muslimah biar kate disiksa kek apa juga kagak mati-mati, nyah bosen jaahh.. Di ganti marvel, juga kagak pernah jadi sama melati, capek jaah nyah nungguinnya..", dan nyonyahpun bercerita dari stasiun tv ke stasiun tv yang lain..

SI Ijah bingung, tiap malem dia suruh cuci piring ma nyiapin kandang nyonyah (kandang kambing loh! Dan nyonyah bukan kambing, bingung jelasinnya) kagak pernah mantengin tipi, "maksutnya cerita itu sama ijah apa nyah?"
Si nyonyah berhenti kipas-kipas, melirik sedikit ke arah tubuh kurus kerontang ituh, lalu kipas-kipas lagi, "kamu ini nggak dong apa? Nyonyah kesepian jah.. Nyonyah butuh laki yang bisa mengerti nyah sepenuhnya.."

Si Ijah melotot, kaget, garuk-garuk pantat, dan diapun membatin, YA Tuhan, jangan jadikan aku sebagai korbannya, berikanlah dia kepada orang lain saja..
"APA KAMU BILANG?? Ogah ye nyah ma elu, pan elu pembokat, beda jah, BEDA, nggak usah GR deh..", si Ijah kaget, dia cuma mbatin kenapa nyonyah tahu, jangan-jangan nyonyah punya indra ketuju, setelah indra keenamnya dia bisa tahu keberadaan Ijah dimanapun ijah berada..

"trus, nyah suruh ijah ngapain? Nyariin babeh baru di pasar? Apa Ijah suruh pulang kampung aja?", Ijah emang selalu mencari celah untuk pulang kampung..
"nggak jah, jangan pulang kampung jah, ntar yang bersihin kandang nyah siapa? Pan elu udah dibayar mahal kerja disini, pensiunan babeh buat elu semuaa, kurang apa coba?"
Si Ijah membatin, kurang nyah, masih kurang..

"ya trus mo gimana nyah?"
"kemaren, waktu nyah pergi blanja ke abah Liong, gile lu ya, masak nyah suruh belanja, elu enak-enakan bersihin kandang.. Nyah ketemu sama temen lama nyah, udah lama nggak ketemu, pas mo bayar bah Liong uang nyah jatuh, hasil icik-icik semalem jatuh semua, trus dibantuin ngumpulin sama temen lama nyah.. Hati nyah deg-degan, keinget babeh, tapi babeh pasti tau, dia pasti bilang, udah nyari yang baru sanaa, pasti babeh bilang gitu.. Trus, temen lama nyah tu senyum Jah, oh maaakk senyumnya, mirip sama yang jadi cadas pangeran, tu sinetron indosiar yang ada naganya.. Nyah kayaknya jatuh cinta Jaahh"
Si Ijah mendengarnya dengan seksama, melihat dengan jelas lemak-lemak yang bergelendotan di tubuh nyah, gila! nyah gendut banget, sambil menelan ludah..

"kamu dengerin nggak sih?napa liat-liat gitu? Napsu ya??"
"iya nyah, napsu banget.. Napsu buat jadiin oseng-oseng mercon, badan kok kikil semua"
"dasar lu ye, kagak tau diri!! Udah sana bersihin kandang lagi, nyah mau mandi dulu, ntar sore janjian ma temen nyah yang tadi"..
"Siap nyah, kandang sudah di bersihin, tinggal dipake! Oiya nyah, kalo saran ijah nih, perjuangin terus kalo emang nyah cinta sama temen lama nyah, jangan sampe lepas, klo emang nyah bener-bener suka, jangan malu buat ngomong duluan nyah, Ijah seneng kalo nyah bahagia, nggak ngomel-ngomel terus kayak kucing mo kawin, pokoknya Ijah doain semoga kali ini bakal jadi babeh baru buat nyah…"
"makasih jah, emang elu yang bisa ngertiin nyah.."

lanjut

Tuesday 10 February 2009

Masih Adakah Perempuan Seperti Ini Di Muka Bumi????


Tidak seperti biasanya, hari itu Ali bin Abi Thalib pulang lebih awal menjelang asar. Fatimah binti Rasulullah menyambut kedatangan suaminya yang sehari suntuk mencari rezeki dengan sukacita. Siapa tahu Ali membawa uang lebih banyak karena keperluan di rumah makin besar. Sesudah melepas lelah, Ali berkata kepada Fatimah. “Maaf sayangku, kali ini aku tidak membawa uang sesenpun.”
Fatimah menyahut sambil tersenyum, “Memang yang mengatur rezeki tidak duduk di pasar, bukan? Yang memiliki kuasa itu adalah Allah Ta’ala.”

“Terima kasih,” jawab Ali. Matanya memberat lantaran isterinya begitu tawakkal. Padahal keperluan dapur sudah habis sama sekali. Meskipun demikian, Fatimah tidak menunjukkan sikap kecewa atau sedih.

*klik tautan di bawah ini untuk membaca selengkapnya





Ali lalu berangkat ke masjid untuk menjalankan salat berjamaah. Sepulang dari salat, di jalan dia dihentikan oleh seorang tua.

“Maaf anak muda, betulkah engkau Ali anaknya Abu Thalib?”

Ali menjawab dengan heran. “Ya betul. Ada apa, Tuan?”.

Orang tua itu mencari kedalam kopornya sesuatu seraya berkata: “Dahulu ayahmu pernah kusuruh menyamak kulit. Aku belum sempat membayar upahnya, ayahmu sudah meninggal. Jadi, terimalah uang ini, sebab engkaulah ahli warisnya.” Dengan gembira Ali mengambil haknya dari orang itu sebanyak 30 dinar.

Tentu saja Fatimah sangat gembira memperoleh rezeki yang tidak di sangka-sangka ketika Ali menceritakan kejadian itu. Dan ia menyuruh membelanjakannya semua agar tidak pusing-pusing lagi merisaukan keperluan sehari-hari.

Ali pun bergegas berangkat ke pasar. Sebelum masuk ke dalam pasar, ia melihat seorang fakir menadahkan tangan, “Siapakah yang mau menghutangkan hartanya karena Allah, bersedekahlah kepada saya, seorang musafir yang kehabisan bekal di perjalanan.” Tanpa berpikir panjang, Ali memberikan seluruh uangnya kepada orang itu.

Pada waktu dia pulang dan Fatimah keheranan melihat suaminya tidak membawa apa-apa, Ali menerangkan peristiwa yang baru saja dialaminya. Fatimah, masih dalam senyum, berkata, “Keputusan kanda adalah yang juga akan saya lakukan seandainya saya yang mengalaminya. Lebih baik kita menghutangkan harta karena Allah daripada bersifat bakhil yang di murkai-Nya, dan yang menutup pintu surga untuk kita.”.

lanjut

Monday 9 February 2009

I LOVE U MOM, I LOVE U DAD ..... !!!!



Waktu kamu berumur 1 tahun, dia menyuapi dan memandikanmu .... sebagai balasannya .... kau menangis sepanjang malam

Waktu kamu berumur 2 tahun, dia mengajarimu bagaimana cara berjalan, sebagai balasannya .... kamu kabur waktu dia memanggilmu

Waktu kamu berumur 3 tahun, dia memasak semua makananmu dengan kasih sayang ..... sebagai balasannya .... kamu buang piring berisi makananmu ke lantai

Waktu kamu berumur 4 tahun, dia memberimu pensil warna .... sebagai balasannya ..... kamu corat coret tembok rumah dan meja makan

klik tautan di bawah ini untuk membaca selengkapnya






Waktu kamu berumur 5 tahun, dia membelikanmu baju-baju mahal dan indah .... sebagai balasannya..... kamu memakainya bermain di kubangan lumpur

Waktu berumur 6 tahun, dia mengantarmu pergi ke sekolah ... sebagai balasannya .... kamu berteriak “ NGGAK MAU ....!”

Waktu berumur 7 tahun, dia membelikanmu bola .... sebagai balasannya kamu melemparkan bola ke jendela tetangga

Waktu berumur 8 tahun, dia memberimu es krim .... sebagai balasannya .... kamu tumpahkan dan mengotori seluruh bajumu

Waktu kamu berumur 9 tahun, dia membayar mahal untuk kursus-kursusmu, sebagai balasannya .... kamu sering bolos dan sama sekali nggak mau belajar

Waktu kamu berumur 10 tahun, dia mengantarmu kemana saja, dari kolam renang sampai pesta ulang tahun .... sebagai balasannya .... kamu melompat keluar mobil tanpa memberi salam

Waktu kamu berumur 11 tahun, dia mengantar kamu dan temen-temen kamu kebioskop ...... sebagai balasannya .... kamu minta dia duduk di barisan lain

Waktu kamu berumur 12 tahun, dia melarangmu melihat acara tv khusus untuk orang dewasa .... sebagai balasannya .... kamu tunggu sampai dia keluar rumah

Waktu kamu berumur 13 tahun, dia menyarankanmu untuk memotong rambut karena sudah waktunya, sebagai balasannya .... kamu bilang dia tidak tahu mode

Waktu kamu berumur 14 tahun, dia membayar biaya untuk kemahmu selama liburan ..... sebagai balasannya .... kamu nggak pernah menelponnya

Waktu kamu berumur 15 tahun, pulang kerja dia ingin memelukmu ....sebagai balasannya .... kamu kunci pintu kamarmu

Waktu kamu berumur 16 tahun, dia mengajari kamu mengemudi mobil .... sebagai balasannya .... kamu pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa mempedulikan kepentingannya

Waktu kamu berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telpon yang penting .... sebagai balasannya.... kamu pakai telpon nonstop semalaman

waktu kamu berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kamu lulus SMA ...... sebagai balasannya .... kamu berpesta dengan teman-temanmu sampai pagi

Waktu kamu berumur 19 tahun, dia membayar semua kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama .... sebagai balasannya .... kamu minta diturunkan jauh dari pintu gerbang biar nggak malu sama temen-temen
Waktu kamu berumur 20 tahun, dia bertanya “Darimana saja seharian ini?”.... sebagai balasannya .... kamu menjawab “Ah, cerewet amat sih, pengen tahu urusan orang”

Waktu kamu berumur 21 tahun, dia menyarankanmu satu pekerjaan bagus untuk karier masa depanmu .... sebagai balasannya .... kamu bilang “Aku nggak mau seperti kamu”

Waktu kamu berumur 22 tahun, dia memelukmu dan haru waktu kamu lulus perguruan tinggi .... sebagai balasanmu ..... kamu nanya kapan kamu bisa main ke luar negeri

Waktu kamu berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu .... sebagai balasannya .... kamu ceritain ke temanmu betapa jeleknya furniture itu

Waktu kamu berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencana di masa depan .... sebagai balasannya .... kamu mengeluh “Aduh gimana sih kok bertanya seperti itu'”

Waktu kamu berumur 25 tahun, dia membantumu membiayai pernikahanmu .... sebagai balasannya .... kamu pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km

Waktu kamu berumur 30 tahun, dia memberimu nasehat bagaimana merawat bayimu .... sebagai balasannya .... kamu katakan “Sekarang jamannya sudah beda”

Waktu kamu berumur 40 tahun, dia menelponmu untuk memberitahu pesta salah satu saudara dekatmu .... sebagai balasannya kamu jawab “Aku sibuk sekali, nggak ada waktu”

Waktu kamu berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu ..... sebagai balasannya .... kamu baca tentang pengaruh negatif orang tua yang numpang tinggal di rumah anaknya.

dan hingga SUATU HARI, dia meninggal dengan tenang .... dan tiba-tiba kamu teringat semua yang belum pernah kamu lakukan .... dan itu menghantam HATIMU bagaikan pukulan godam

MAKA ....
JIKA ORANG TUAMU MASIH ADA ... BERIKANLAH KASIH SAYANG DAN PERHATIAN LEBIH DARI YANG PERNAH KAMU BERIKAN SELAMA INI
JIKA ORANG TUAMU SUDAH TIADA .... INGATLAH KASIH SAYANG DAN CINTANYA YANG TELAH DIBERIKANNYA DENGAN TULUS TANPA SYARAT KEPADAMU

lanjut

Sunday 8 February 2009

Aku Akan Membopongmu Setiap Pagi Sampai Kita Tua...



Pada hari pernikahanku,aku membopong istriku. Mobil pengantin berhenti didepan flat kami yang cuma berkamar satu. Sahabat-sahabatku menyuruhku untuk membopongnya begitu keluar dari mobil. Jadi kubopong ia memasuki rumah kami. Ia kelihatan malu-malu. Aku adalah seorang pengantin pria yang sangat bahagia.Ini adalah kejadian 10 tahun yang lalu.

Hari-hari selanjutnya berlalu demikian simpel seperti secangkir air bening. Kami mempunyai seorang anak, saya terjun ke dunia usaha dan berusaha untuk menghasilkan banyak uang. Begitu kemakmuran meningkat, jalinan kasih diantara kami pun semakin surut. Ia adalah pegawai sipil. Setiap pagi kami berangkat kerja bersama-sama dan sampai dirumah juga pada waktu yang bersamaan.

Anak kami sedang belajar di luar negeri. Perkawinan kami kelihatan bahagia. Tapi ketenangan hidup berubah dipengaruhi oleh perubahan yang tidak kusangka-sangka. Dewi hadir dalam kehidupanku.

Waktu itu adalah hari yang cerah. Aku berdiri di balkon dengan Dewi yang sedang merangkul ku. Hatiku sekali lagi terbenam dalam aliran cintanya. Ini adalah apartment yang kubelikan untuknya.

Dew berkata , "Kamu adalah jenis pria terbaik yang menarik para gadis."

Kata-katanya tiba-tiba mengingatkanku pada istriku. Ketika kami baru menikah,istriku pernah berkata,

"Pria sepertimu,begitu sukses, akan menjadi sangat menarik bagi para gadis."

Berpikir tentang ini, Aku menjadi ragu-ragu. Aku tahu kalo aku telah menghianati istriku. Tapi aku tidak sanggup menghentikannya. Aku melepaskan tangan Dewi dan berkata,

"Kamu harus pergi membeli beberapa perabot, O.K.?.Aku ada sedikit urusan di kantor".

*Klik tautan di bawah di bawah ini untuk membaca selengkapnya



Kelihatan ia jadi tidak senang karena aku telah berjanji menemaninya. Pada saat tersebut, ide perceraian menjadi semakin jelas di pikiran ku walaupun kelihatan tidak mungkin. Bagaimanapun,aku merasa sangat sulit untuk membicarakan hal ini pada istriku. Walau bagaimanapun kujelaskan, ia pasti akan sangat terluka. Sejujurnya,ia adalah seorang istri yang baik. Setiap malam ia sibuk menyiapkan makan malam. Aku duduk santai didepan TV. Makan malam segera tersedia. Lalu kami akan menonton TV sama-sama. Atau aku akan menghidupkan komputer, membayangkan tubuh Dewi. Ini adalah hiburan bagiku.

Suatu hari aku berbicara dalam guyon, "Seandainya kita bercerai, apa yang akan kau lakukan? "

Ia menatap padaku selama beberapa detik tanpa bersuara. Kenyataannya ia percaya bahwa perceraian adalah sesuatu yang sangat jauh darinya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana ia akan menghadapi kenyataan jika tahu bahwa aku serius.

Ketika istri ku mengunjungi kantor ku, Dewi baru saja keluar dari ruanganku. Hampir seluruh staff menatap istri ku dengan mata penuh simpati dan berusaha untuk menyembunyikan segala sesuatu selama berbicara dengan ia. Ia kelihatan sedikit kecurigaan. Ia berusaha tersenyum pada bawahan-bawahanku. Tapi aku membaca ada kelukaan di matanya.

Sekali lagi, Dewi berkata padaku," He Ning, ceraikan ia, O.K.? Lalu kita akan hidup bersama."

Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak boleh ragu-ragu lagi.

Ketika malam itu istri ku menyiapkan makan malam, ku pegang tangannya,

"Ada sesuatu yang harus kukatakan"

Ia duduk diam dan makan tanpa bersuara. Sekali lagi aku melihat ada luka di matanya. Tiba-tiba aku tidak tahu harus berkata apa. Tapi ia tahu kalo aku terus berpikir.

"Aku ingin bercerai", ku ungkapkan topik ini dengan serius tapi tenang.
Ia seperti tidak terpengaruh oleh kata-kataku, tapi ia bertanya secara lembut,

"kenapa?"

"Aku serius." Aku menghindari pertanyaannya.

Jawaban ini membuat ia sangat marah. Ia melemparkan sumpit dan berteriak kepadaku,

"Kamu bukan laki- laki!".

Pada malam itu, kami sekali saling membisu. Ia sedang menangis. Aku tahu kalau ia ingin tahu apa yang telah terjadi dengan perkawinan kami. Tapi aku tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan sebab hatiku telah dibawa pergi oleh Dewi.

Dengan perasaan yang amat bersalah, Aku menuliskan surat perceraian dimana istriku memperoleh rumah, mobil dan 30% saham dari perusahaanku.

Ia memandangnya sekilas dan mengoyaknya jadi beberapa bagian. Aku merasakan sakit dalam hati. Wanita yang telah 10 tahun hidup bersamaku sekarang menjadi seorang yang asing dalam hidupku. Tapi aku tidak bisa mengembalikan apa yang telah ku ucapkan.

Akhirnya ia menangis dengan keras di depanku, dimana hal tersebut tidak pernah kulihat sebelumnya. Bagiku, tangisannya merupakan suatu pembebasan untukku. Ide perceraian telah menghantuiku dalam beberapa minggu ini dan sekarang sungguh-sungguh telah terjadi.

Pada larut malam,aku kembali ke rumah setelah menemui klienku. Aku melihat ia sedang menulis sesuatu. Karena capek aku segera ketiduran. Ketika aku terbangun tengah malam, aku melihat ia masih menulis. Aku tertidur kembali. Ia menuliskan syarat-syarat dari perceraiannya. Ia tidak menginginkan apapun dariku,tapi aku harus memberikan waktu sebulan sebelum menceraikannya,dan dalam waktu sebulan itu kami harus hidup bersama seperti biasanya.

Alasannya sangat sederhana: Anak kami akan segera menyelesaikan pendidikannya dan liburannya adalah sebulan lagi dan ia tidak ingin anak kami melihat kehancuran rumah tangga kami. Ia menyerahkan persyaratan tersebut dan bertanya,

" He Ning, apakah kamu masih ingat bagaimana aku memasuki rumah kita ketika pada hari pernikahan kita?"

Pertanyaan ini tiba-tiba mengembalikan beberapa kenangan indah kepadaku.
Aku mengangguk dan mengiyakan.

"Kamu membopongku di lenganmu", katanya,

"Jadi aku punya sebuah permintaan, yaitu kamu akan tetap membopongku pada waktu perceraian kita. Dari sekarang sampai akhir bulan ini, setiap pagi kamu harus membopongku keluar dari kamar tidur ke pintu."

Aku menerima dengan senyum. Aku tahu ia merindukan beberapa kenangan indah yang telah berlalu dan berharap perkawinannya diakhiri dengan suasana romantis.

Aku memberitahukan Dewi soal syarat-syarat perceraian dari istriku. Ia tertawa keras dan berpikir itu tidak ada gunanya.

"Bagaimanapun trik yang ia lakukan, ia harus menghadapi hasil dari perceraian ini," ia mencemooh. Kata-katanya membuatku merasa tidak enak.

Istri ku dan aku tidak mengadakan kontak badan lagi sejak ku katakan perceraian itu. Kami saling menganggap orang asing. Jadi ketika aku membopongnya dihari pertama, kami kelihatan salah tingkah. Anak kami menepuk punggung kami,

"Wah, papa membopong mama, mesra sekali"

Kata-katanya membuatku merasa sakit.. Dari kamar tidur ke ruang duduk, lalu ke pintu, aku berjalan 10 meter dengan ia dalam lenganku. Ia memejamkan mata dan berkata dengan lembut,

" Mari kita mulai hari ini, jangan memberitahukan pada anak kita."

Aku mengangguk, merasa sedikit bimbang.Aku melepaskan ia di pintu. Ia pergi menunggu bus, dan aku pergi ke kantor.

Pada hari kedua, bagi kami terasa lebih mudah. Ia merebah di dadaku,kami begitu dekat sampai-sampai aku bisa mencium wangi di bajunya. Aku menyadari bahwa aku telah sangat lama tidak melihat dengan mesra wanita ini. Aku melihat bahwa ia tidak muda lagi, beberapa kerut tampak di wajahnya.

Pada hari ketiga, ia berbisik padaku,

"Kebun di luar sedang dibongkar, hati-hati kalau kamu lewat sana."

Hari keempat, ketika aku membangunkannya,aku merasa kalau kami masih mesra seperti sepasang suami istri dan aku masih membopong kekasih ku di lengan ku.

Bayangan Dewi menjadi samar.

Pada hari kelima dan enam, ia masih mengingatkan aku beberapa hal, seperti, dimana ia telah menyimpan baju-bajuku yang telah ia setrika, aku harus hati-hati saat memasak,dll. Aku mengangguk. Perasaan kedekatan terasa semakin erat.

Aku tidak memberitahu Dewi tentang ini.

Aku merasa begitu ringan membopongnya. Berharap setiap hari pergi ke kantor bisa membuatku semakin kuat. Aku berkata padanya,

"Kelihatannya tidaklah sulit membopongmu sekarang".

Ia sedang mencoba pakaiannya, aku sedang menunggu untuk membopongnya keluar. Ia berusaha mencoba beberapa tapi tidak bisa menemukan yang cocok.

Lalu ia melihat,"Semua pakaianku kebesaran".

Aku tersenyum.Tapi tiba-tiba aku menyadarinya sebab ia semakin kurus itu sebabnya aku bisa membopongnya dengan ringan bukan disebabkan aku semakin kuat. Aku tahu ia mengubur semua kesedihannya dalam hati.

Sekali lagi , aku merasakan perasaan sakit.

Tanpa sadar ku sentuh kepalanya. Anak kami masuk pada saat tersebut.

"Pa,sudah waktunya membopong mama keluar".

Baginya, melihat papanya sedang membopong mamanya keluar menjadi bagian yang penting. Ia memberikan isyarat agar anak kami mendekatinya dan merangkulnya dengan erat. Aku membalikkan wajah sebab aku takut aku akan berubah pikiran pada detik terakhir. Aku menyanggah ia dilenganku, berjalan dari kamar tidur, melewati ruang duduk ke teras. Tangannya memegangku secara lembut dan alami. Aku menyanggah badannya dengan kuat seperti kami kembali ke hari pernikahan kami. Tapi ia kelihatan agak pucat dan kurus, membuatku sedih.

Pada hari terakhir, ketika aku membopongnya di lenganku, aku melangkah dengan berat. Anak kami telah kembali ke sekolah.

Ia berkata, "Sesungguhnya aku berharap kamu akan membopongku sampai kita tua".

Aku memeluknya dengan kuat dan berkata "Antara kita saling tidak menyadari bahwa kehidupan kita begitu mesra".

Aku melompat turun dari mobil tanpa sempat menguncinya. Aku takut keterlambatan akan membuat pikiranku berubah. Aku menaiki tangga. Dewi membuka pintu. Aku berkata padanya,

" Maaf Dewi, Aku tidak ingin bercerai. Aku serius".

Ia melihat kepadaku, kaget. Ia menyentuh dahiku.

"Kamu tidak demam".

Ku tepiskan tanganya dari dahiku

"Maaf, Dewi,Aku cuma bisa bilang maaf padamu, Aku tidak ingin bercerai. Kehidupan rumah tangga ku membosankan disebabkan ia dan aku tidak bisa merasakan nilai-nilai dari kehidupan, bukan disebabkan kami tidak saling mencintai lagi. Sekarang aku mengerti sejak aku membopongnya masuk ke rumah ku, ia telah melahirkan anakku. Aku akan menjaganya sampai tua. Jadi aku minta maaf padamu".

Dewi tiba-tiba seperti tersadar. Ia memberikan tamparan keras kepada ku dan menutup pintu dengan kencang dan tangisannya meledak.

Aku menuruni tangga dan pergi ke kantor. Dalam perjalanan aku melewati sebuah toko bunga, ku pesan sebuah buket bunga kesayangan istriku.

Penjual bertanya apa yang mesti ia tulis dalam kartu ucapan?

Aku tersenyum, dan menulis " Aku akan membopongmu setiap pagi sampai kita tua..."

lanjut